Senin, 05 Desember 2011

Menjadi Umat Yang Terlibat


Oleh: Ag. Budi Susanto, S.Pd.

Keterlibatan sebagai umat sangatlah diperlukan untuk berkembangnya suatu gereja. Keterlibatan ini sebagai bentuk penyadaran akan keberadaan dan keterkaitannya sebagai umat yang selalu berkaitan dengan sesama anggota umat yang lain. Hubungan ini ibarat sebuah rajutan jala yang akan terbawa seluruhnya bila yang satu ditebarkan pada suatu tempat. Rajutan yang rusak akan mengakibatkan seluruh jala dipergunakan dengan baik. Hal ini mensyaratkan semuanya dan masing-masing untuk menyumbangkan sesuatu bagi keseluruhan.

Untuk memfungsikan jala dengan baik, kita sebagai bagian jala tersebut harus saling bahu membahu dan mampu menjadi umat yang terlibat. Keterlibatan kita sebagai bagian jala tersebut adalah dengan menyumbangkan apa yang kita bisa. Kita tidak perlu harus menjadi pemimpin, tetapi dengan berperan aktif dalam kegiatan yang ada atau berperan aktif dengan bekal talenta yang kita miliki.

Sebagai anggota koor, pemazmur, lektor, organis gereja, ikut jaga parkir, tugas membersihkan gereja dan kegiatan lainnya menunjukkan bahwa kita sudah mencoba menjadi bagian jala yang baik. Aktif dalam doa lingkungan, rosario di lingkungan merupakan bentuk minimalis keterlibatan kita di lingkungan.

Sebuah pertanyaan untuk kita renungkan apakah diriku sudah bisa menjadi bagian dari gereja yang baik? Pertanyaan ini sekiranya yang mampu menjawab adalah diri kita sendiri. Menjadi bagian dari gereja diantaranya dengan aktif terlibat dalam kegiatan kegerejaan.

Tanpa keterlibatan diri kita dalam kegiatan kegerejaan maka siapa yang akan memajukkan gereja kita. Gereja menjadi sempurna kalau seluruh umatnya tidak memiliki kepedulian dalam gereja. Kita bisa menyumbangkan kebolehan kita dalam gereja. Seperti diuraikan diatas.

Misalnya menjadi Lektor, kita harus selalu siap dan mencoba tambil sebaik-baiknya. Kita memiliki tugas membantu umat untuk memahami kitab suci. Kalau kita membaca dengan baik tentunya dengan persiapan maka umat merasa terbantu untuk mendengarkan firman Tuhan. Mereka akan mudah menghayatinya untuk pegangan hidupnya.

Ketika kita mendapat kepercayaan untuk ikut menjadi pelayan dalam gereja, kita harus sungguh-sunguh menempatkan diri kita. Ketika menjadi Ketua Lingkungan misalnya, kita harus bisa menyapa seluruh umat di lingkungan kita. Kita jangan sampai merasa bahwa kita menjadi yang paling hebat di lingkungan. Jangan sampai membuat noda pada kepercayaan yang telah diberikan kepada kita.

Ketika kita diberikan kepercayaan menjadi seorang prodiakon, apakah kita sungguh sudah menjalankan kepercayaan yang diberikan kepada kita? Apakah selama ini sudah menyadari akan tugas kita? Seorang prodiakon tentunya tidak hanya sekedar membantu Romo menerimakan sakramen maha kudus di Gereja. Salah satu tugas lain menerimakan kepada saudara-saudara kita yang kebetulan sakit. Kita mendatangi mereka ke rumah untuk mengirim komuni. Apakah hal ini sudah kita laksanakan dengan baik?

Kita harus sungguh-sungguh bisa menjadi pelayan yang terbaik bagi umat lingkungan kita. Ketika mereka membutuhkan kita maka kita siap untuk membantunya. Hal ini menunjukkan bahwa kita sungguh mampu menjadi pelayan yang baik. Namun tidak jarang mereka justru seolah merasa bahwa dirinya paling hebat. Sering tidak peka terhadap harapan umat. Bahwakan sering membuat luka dihati umat. Semoga!!!!!!!!!!

*Guru SMA Pangudi Luhur ”St Louis IX” Sedayu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar