Senin, 05 Desember 2011

UJIAN NASIONAl: Menguji Kejujuran

Oleh: Ag. Budi Susanto, S.Pd.

Perhelatan besar dalam dunia pendidikan sedang berlangsung. Ujian Nasional merupakan perhelatan yang besar dan digelar mulai Senin 18 April 2011 untuk jenjang SMA/SMK. Seluruh pelaku dalam dunia pendidikan cukup disibukan dengan agenda tersebut. Untuk menuju perhelatan ini perlu persiapan yang panjang dari seluruh pelaku dalam dunia pendidikan.

Pihak sekolah cukup lama dalam mempersiapkannya. Persiapan ini terkhususkan dalam mempersiapkan anak didiknya agar mampu menempuh Ujian Nasional dengan hasil yang memuaskan. Kegiatan yang dilakukan dengan memberikan tambahan jam pelajaran pada bidang studi yang di-UN-kan sejak awal tahun pelajaran. Disamping itu juga dengan mengadakan TRY-OUT atau Uji Coba Ujian Nasional, baik soal-soal yang dibuat guru bidang studi sendiri ataupun dari Diknas.

Penambahan jam dan Try-Out ini mempunyai harapan agar para siswa dapat lulus dengan hasil yang memuaskan. Untuk mewujudkannya tentu membutuhkan dukungan dari berbagai pihak. Khusus bagi para siswa, mereka seharusnya bisa memanfaatkan penambahan jam pelajaran dan Try-Out ini dengan sebaik-baiknya. Namun kenyataan di lapangan siswa kurang bisa memaanfaatkannya dengan baik.

Kurangnya siswa memanfaatkan kesempatan yang diberikan sekolah ini berdampak kepada diri siswa sendiri adalah tidak siap menghadapi Ujian Nasional. Kurang siapnya menghadapi Ujian Nasional inilah sebagai pemicu munculkan kecurangan dalam Ujian Nasional. Mereka akan menghalalkan berbagai cara atau jalan pintas asal Ujian Nasional lulus.

Banyak kasus kecurangan kita jumpai dalam pelaksanaan Ujian Nasional dari tahun ketahun. Baik kasus yang kita temukan langsung sebagai pengawas Ujian Nasional maupun kasus lain yang sempat terekspo di media massa. Kasus yang sering kita temukan langsung ketika kita menjadi pengawas Ujian Nasional misalnya kerjasama dengan siswa lain, mencontek, dan kasus-kasus yang lain.

Kecurangan dalam pelaksanaan Ujian Nasional yang sempat terekspo di media massa cukup mencoreng muka dunia pendidikan. Misalnya: beberapa kepala sekolah di Bengkulu tertangkap basah melakukan kecurangan dalam Ujian Nasional, Di Jawa Timur ada sebuah sekolah terpaksa dilakukan Ujian Ulangan karena seluruh siswa tidak lulus Ujian Nasional karena disinyalir adanya beredar kunci jawaban yang salah, di Yogyakarta sendiri tahun lalu ketidaklulusannya cukup tinggi banyak siswa yang mempercayai kunci jawaban yang beredar dan ternyata salah. Dan tentunnya banyak kasusu yang lain yang cukup menjadi keprihatinan kita bersama.

Meminimalisir Tindak Kecurangan

Maraknya tindak kecurangan dalam pelaksanaan Ujian Nasional pemerintah terus menerus menyempurnakan aturan dalam pelaksanaan Ujian Nasional. Untuk tahun ini memberlakukan lima macam paket soal dalam Ujian Nasional. Hal ini untuk membatasi gerak siswa untuk melakukan tindak kecurangan dalam Ujian Nasional.

Adanya lima macam soal ini membuat siswa sulit untuk melakukan kerjasama dengan teman dalam mengerjakan soal Ujian Nasional. Soalm yang dikerjakan siswa berbeda dengan soal yang dikerjakan siswa di depan, belakang maupun kanan kiarinya. Terlebih lagi setiap bidang studi siswa mengejakan soal yang berbeda paketnya. Sebagai pelaku kita hendaknya menyambut baik upaya ini agar Ujian Nasional betul-betul bebas dari kecurangan.

Untuk pengawasan Ujian Nasional tahun ini juga melibatkan pihak dari perguruan tinggi. Hal ini dilakukan agar Ujian Nasional betul-betul terbebas dari tindak kecurangan. Para pengawas dari perguruan tinggi akan mengadakan Uji Petik ke sekolah-sekolah. Mereka akan menggantikan pengawas yang ada dan membawa pekerjaan siswa dan dikoreksi langsung oleh mereka. Untuk sekolah dan ruangan ujian tidak diberitahukan. Mereka akan datang tiba-tiba di sekolah.

Uji Petik ini akan mampu menekan tindak kecurangan dalam Ujian Nasional. Harapannya sekolah maupun siswa akan membuang jauh-jauh untuk melakukan kecurangan dalam Ujian Nasional. Suatu sekolah ketika kedapatan melakukan kecurangan akan mendapatkan sanksi. Nama baik sekolah akan menjadi kurang baik, dan akhirnya berpengaruh terhadap penerimaan siswa baru.

Ujian Nasional tidak Lagi Penentu Kelulusan

Ujian Nasional tahun sebelumnya seolah sebagai penentu kelulusan bagi siswa. Siswa tidak lulus disebabkan oleh Ujian Nasional saja. Padahal sebenarnya Ujian Sekolah selain mata pelajaran yang di -UN-kan juga menentukan kelulusan siswa. Namun di lapangan hampir tidak kita temukan sekolah yang tidak meluluskan siswanya karena nilai Ujian Sekolahnya.

Untuk tahun ini nilai rapot semester 3 sampai semester 5 ikut menentukan kelulusan di samping itu juga Ujian sekolah juga menentukan kelulusan. Ujian Nasional tidak lagi menjadi momok bagi siswa maupun orang tua siswa. Keterlibatan sekolah dalam menentukan kelulusan diperlukan. Gurulah yang sebenarnya lebih tahu bahwa siswanya layak lulus atau perlu mengulang.

Melihat aturan penentu kelulusan yang sekarang memungkinkan pihak sekolah melakukan kecurangan. Bagi sekolah yang hanya sekedar untuk menjaga nama baik sangatlah mudah memanipulasi nilai rapot maupun nilai Ujian Nasional. Memberikan bekal nilai yang tinggi dalam rapot dan nilai ujian sekolah akan memungkinkan siswa mudah lulus walaupun nilai Ujian Nasionalnya sangat rendah.

Harapan kita bersama tentunya manipulasi nilai ini harus dibuang jauh-jauh kalau menginginkan pendidikan di negeri ini lebih baik. Maka marilah kita tegakkan kejujuran dalam Ujian Nasional dan dalam memberikan kelulusan kepada putra –putri kita. Upaya yang dilakukan dengan penyempurnaan-penyempurnaan aturan dalam Ujian Nasional ini sungguh-sungguh kita terapkan demi berkualitasnya pendidikan kita. Semoga!!!!!!!!!!!!!!

Ag. Budi Susanto, S.Pd.

Guru SMA Pangudi Luhur “St Louis IX” Sedayu

Jl Wates Km 12 Sedayu Bantul Yogyakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar