Oleh: Ag. Budi Susanto, S.Pd.
Guru sebagai salah satu pelaku yang terlibat langsung dalam pendidikan. Perannya dalam pendidikan sangat menentukan keberhasilan pendidikan. Di samping tentunya siswa sendiri yang sangat berperan. Antara guru dan peserta didik diharapkan saling mendukung sehingga keberhasilan pendidikan dapat tercapai.
Keberadaan seorang guru sebagai pelaku pendidikan dalam mendampingi para peserta didik sangat diperlukan. Sosok guru sebagai pendamping dan menjadi teladan bagi para peserta didik maka guru harus sungguh-sungguh mampu menjaga imitsnya. Hal ini dilakukan agar kebiasaan-kebiasaan yang kurang baik dimiliki seorang guru jangan sampai ditiru oleh para peserta didik.
Ungkapan “Guru: Digugu lan Ditiru” nampaknya masih harus tetap jadi pegangan bagi rekan-rekan guru. Kita harus menyadari keberadaan sebagai seorang guru berpengaruh besar terhadap anak didik kita. Keberhasilan atau tidaknya siswa dalam pendidikannya kita ikut bertanggungjawab. Hal ini menunjukkan bahwa kita memiliki beban moral terhadap siswa ketika gagal dalam pendidikannya.
Mengkritisi hal tersebut maka sosok guru yang professional sangat dituntut. Kita harus mampu menunjukkan profesionalitas kita kepada anak didik. Profesional dalam hal ini tidak hanya kemampuan kita dalam mengajar tetapi juga kepribadian kita sebagai seorang guru. Guru yang ideal harus cakap dalam kepribadian baik di sekolah maupun di masyarakat.
Sekolah menerapkan kepada para siswanya peraturan-peraturan yang harus ditaati siswa. Misalnya: tidak boleh merokok di lingkungan sekolah, tidak boleh terlambat masuk sekolah dan lain sebagainya. Peraturan ini idealnya juga harus diberlakukan kepada para guru. Guru harus mentaatinya, misalnya tidak pernah merokok di lingkungan sekolah dan juga jangan sampai guru sering terlambat masuk sekolah. Hal ini kalau terjadi maka guru belum layak bias disebut “Guru yang digugu lan ditiru”.
Demikian juga ketika di dalam masyarakat guru juga harus bias menjadi panutan bagi masyarakat yang lain. Jangan sampai seorang guru dikenal dalam masyarakat karena kekurang baiknya kepribadiaannya. Misalnya: Guru yang pemain judi, tukang pinjam uang, penipu dan lain sebagainya.
Kalau beberapa waktu yang lalu ada pemberitaan seorang guru nyambi menjadi tukang ojek untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, mungkin kita bias memakluminya. Kebutuhan hidup besar tapi penghasilan kurang bias memenuhi. Namun perhatian pemerintah akhir-akhir ini cukup bagus terhadap guru yaitu dengan memberikan insentif atau bahkan tunjangan sertifikasi.
Perhatian pemerintah ini cukup kita syukuri. Pemerintah sungguh-sungguh memperhatikan nasip para Pahlawan tanpa tanda jasa ini. Harapannya tidak akan ditemukan guru yang memiliki pekerjaan sampingan yang terkadang menyita waktu dan tenaga, sehingga kurang bias maksimal dalam pendampingan para peserta didiknya. Guru diharapkan bias menfokuskan pada profesi yang sudah dipilihnya.
Dalam masyakarat sosok guru cukup dihormati. Banyak guru dalam masyarakat diberikan kepercayaan untuk tugas-tugas tertentu. Misalnya menjadi ketua RT, Ketua RW, atau jabatan yang lainnya. Hal ini memang sosok guru adalah teladan dalam masyarakat. Perilaku dan kepribadiaannya menjadi teladan masyarakat yang lain.
Seorang guru hendaknya sungguh-sungguh harus bias menjadi teladan baik di sekolah maupun di masyarakat. Keteladanan seorang guru ini dapat menjadi modal untuk keberhasilan dalam pendidikan. Adanya sertifikasi guru juga memberikan pesan kepada guru agar sungguh-sungguh guru menjadi lebih professional. Guru dapat terus mengembangkan diri untuk bekal mendidik para anak didiknya. Semoga!!!!!!!!!!
*( Guru SMA Pangudi Luhur “St Louis IX” Sedayu Bantul Yogyakarta
(Dimuat KEDAULATAN RAKYAT 25 November 2011)
@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@
Tidak ada komentar:
Posting Komentar